Contoh Soal AKM Literasi Kelas 8
Halo apa kabar bapak ibu guru dan adik-adik semua? Kembali bertemu bersama Website Edukasi. Dalam pertemuan kita kali ini kita akan belajar materi yang mungkin (akan) keluar pada AKM Literasi untuk jenjang SMP kelas 8. Contoh Soal AKM Literasi Kelas 8 ini sudah mencakup Literasi Teks Fiksi dan Teks Informasi yang kami gabung dalam 25 butir soal pilihan ganda dan essay dengan kunci jawabannya.
Pada akhir soal ini anda dapat unduh Contoh Soal AKM Literasi Kelas 8 ini dalam format pdf untuk bahan belajar dirumah.
Berikut ini adalah Contoh Soal AKM Literasi Kelas 8
1. Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh
“Aku tadi menawarkan bibit pohon belimbing kepada beberapa tetangga. Kalau mereka ikut menanam pohon, jalan kampung ini akan menjadi lebih teduh. Tidak seperti sekarang, ada bagian yang teduh, ada bagian yang panas,” keluhku. “Ada yang beralasan, air sedang susah didapat. Ada yang berkata, ‘Nanti, ya, tunggu musim hujan datang lagi.’ Aku kecewa, Yah.”
“Hmm… Mereka tidak ingin menggunakan air terlalu banyak. Saat ini, memang sebaiknya kita hemat air,” kata Ayah. Tentu saja, aku semakin merengut. Kalau air tetap sukar didapat, tidak ada orang yang mau menanam pohon belimbing wuluh itu.
“Tapi, jangan khawatir. Masalah air untuk menyiram tanaman sebentar lagi akan terbantu oleh proyek Pak RT,” kata Ayah. “Kampung kita akan punya Pandora L.”
“Pandora L? Apa itu, Yah?”
Dialog Drama
Dina : Win, besok pagi kan libur sekolah… kamu ada waktu nggak untuk nemenin aku ke rumah tanteku?
Winda : Besok? Aku belum tahu ya … emangnya kamu ada perlu apa ke rumah tante kamu?
Dina : Aku disuruh ibuku nganterin barang titipan tanteku.
Winda : Emangnya barang apa?
Dina : Aku belum tahu. Entah apa barangnya. Gimana, kamu besok bisa apa nggak?
Winda sebenarnya ada acara sendiri, namun dia sulit menolak permintaan Dina.
Winda : Ya sudah deh, besok aku anterin kamu. Jam berapa besok? Aku ke rumah kamu atau kamu yang ke rumahku?
Dina : Terserah kamu deh, jam 8 atau jam 9 gitu … kalau kamu mau mending kamu aja yang ke rumah aku.
Winda : Ya sudah, besok jam 08.30 aku ke rumah kamu, terus kita langsung ke rumah tante kamu.
Keesokan harinya Winda dan Dina berangkat menuju rumah tante si Dina yang jaraknya sekitar 20 km dari rumah Dina. Pas di tengah-tengah jalan, motor yang dikendarai Dina bannya bocor, dan tidak ada tempat penambalan ban di sekitar situ.
Dhussss… bunyi ban motor Dina
Dina : Aduh … gimana nih, bannya bocor? Kayaknya pecah nih ban!
Winda : Gimana ya … nggak ada bengkel tambal ban lagi di sini.
Mereka bedua pun mendorong motor tersebut sambil keringat membasahi tubuh mereka. Setelah hampir 30 menit mendorong motor, tiba-tiba ada sebuah mobil box yang menghampiri mereka. Pengendara mobil box itu menawarkan jasa pengangkutan motor hingga ke bengkel tedekat kepada Dina.
Sopir mobil box : Kenapa Non? Bannya bocor ya?
Dina : Iya. Bisa minta tolong angkutin motor aku sampai bengkel nggak?
Sopir mobil box : Bisa saja, tapi kasih ongkos 100 ribu ya?
Dina : Kok mahal amat, Bang? 50 ribu ya?
Sopir mobil box itu menolak, alhasil Dina dan Winda harus meneruskan mendorong motor mereka.
Sopir mobil box : Murah amat, Non! … Ya sudah kalau nggak mau.
Setelah mendorong motor selama 45 menit, tiba-tiba ada salah seorang sahabat Winda, yaitu Astrid yang kebetulan lewat di jalan itu. Astrid bersama adiknya bernama Hesti.
Astrid : Stop.. stop, Hes…!
Hesti : Kenapa Kak? Ada apa?
Astrid : Itu kayaknya Winda deh… Win… Win…!
Winda : Eh, itu Astrid…!
Astrid : Motor kamu bocor bannya? Kasihan sekali… kamu mau ke mana nih?
Winda : Nih, aku mau nganterin Dina ke rumah tantenya. Nggak tahu nih, bengkel kayaknya masih jauh… aku udah capek banget dorong motor dari tadi. Astrid berusaha memberi pertolongan kepada sahabatnya itu, namun dia juga tidak bisa berbuat banyak karena di sekitar itu memang cukup sepi.
Astrid : Aduh … gimana ya … ok, gini aja … kalian kan sudah capek banget nih. Sekarang biar aku yang dorong motor kamu, terus kamu bawa motor aku sambil ngikutin dari belakang.
Winda : Emang kamu nggak kecapean entar? Berat lo dorong motor ini….!
Astrid : Ya tentu saja kau bakal capek, makanya kita gantian gitu…
Motor tersebut didorong oleh mereka berempat secara bergantian hingga akhirnya mereka tiba di salah satu bengkel tambal ban.
Di mana sajakah latar tempat terjadinya peristiwa di dalam drama tersebut?
A. Suatu tempat.
B. Jalan.
C. Bengkel motor
D. Rumah tante
E. Rumah DIna
3. Perempuan-perempuan perkasa
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka..
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa sebelum peluit kereta pagi terjaga..
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja..
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka..
Di atas roda-roda baja mereka berkendara.
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota..
Merebut hidup di pasar-pasar kota..
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta,
siapakah mereka..
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa.
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota..
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa..
(Hartoyo Andangjaya, 1963)
Siapakah perempuan-perempuan perkasa yang dimaksud oleh pengarang pada puisi tersebut?
Jawaban : Perempuan-perempuan desa yang berdagang di kota
4. Perempuan-perempuan perkasa
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka..
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa sebelum peluit kereta pagi terjaga..
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja..
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka..
Di atas roda-roda baja mereka berkendara.
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota..
Merebut hidup di pasar-pasar kota..
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta,
siapakah mereka..
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa.
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota..
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa..
(Hartoyo Andangjaya, 1963)
Untuk apa perempuan-perempuan itu membawa bakul ke kereta?
Jawaban : Untuk membawa barang dagangan ke kota
5. Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh
“Aku tadi menawarkan bibit pohon belimbing kepada beberapa tetangga. Kalau mereka ikut menanam pohon, jalan kampung ini akan menjadi lebih teduh. Tidak seperti sekarang, ada bagian yang teduh, ada bagian yang panas,” keluhku. “Ada yang beralasan, air sedang susah didapat. Ada yang berkata, ‘Nanti, ya, tunggu musim hujan datang lagi.’ Aku kecewa, Yah.”
“Hmm… Mereka tidak ingin menggunakan air terlalu banyak. Saat ini, memang sebaiknya kita hemat air,” kata Ayah. Tentu saja, aku semakin merengut. Kalau air tetap sukar didapat, tidak ada orang yang mau menanam pohon belimbing wuluh itu.
“Tapi, jangan khawatir. Masalah air untuk menyiram tanaman sebentar lagi akan terbantu oleh proyek Pak RT,” kata Ayah. “Kampung kita akan punya Pandora L.”
“Pandora L? Apa itu, Yah?”
“Ini maket dari pengolahan limbah yang baru saja selesai dibangun di kampung kita. Bangunan ini ada di dalam tanah dan berguna untuk mengolah limbah rumah tangga saja, seperti air cucian,” kata Ayah.
Air hasil pengolahan dari Pandora L digunakan untuk kegiatan menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Pemasangan Pandora L terletak di Kampung Genteng Candirejo di tengah kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
(Diadaptasi dari Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh karya Tyas KW)
Dari wacana di atas, bisa disimpulkan bahwa perbincangan antara tokoh Aku dan Ayah terjadi pada musim apa?
Jawaban : Musim kemarau.
6. Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh
“Aku tadi menawarkan bibit pohon belimbing kepada beberapa tetangga. Kalau mereka ikut menanam pohon, jalan kampung ini akan menjadi lebih teduh. Tidak seperti sekarang, ada bagian yang teduh, ada bagian yang panas,” keluhku. “Ada yang beralasan, air sedang susah didapat. Ada yang berkata, ‘Nanti, ya, tunggu musim hujan datang lagi.’ Aku kecewa, Yah.”
“Hmm… Mereka tidak ingin menggunakan air terlalu banyak. Saat ini, memang sebaiknya kita hemat air,” kata Ayah. Tentu saja, aku semakin merengut. Kalau air tetap sukar didapat, tidak ada orang yang mau menanam pohon belimbing wuluh itu.
“Tapi, jangan khawatir. Masalah air untuk menyiram tanaman sebentar lagi akan terbantu oleh proyek Pak RT,” kata Ayah. “Kampung kita akan punya Pandora L.”
“Pandora L? Apa itu, Yah?”
“Ini maket dari pengolahan limbah yang baru saja selesai dibangun di kampung kita. Bangunan ini ada di dalam tanah dan berguna untuk mengolah limbah rumah tangga saja, seperti air cucian,” kata Ayah.
Air hasil pengolahan dari Pandora L digunakan untuk kegiatan menyiram tanaman dan mencuci kendaraan. Pemasangan Pandora L terletak di Kampung Genteng Candirejo di tengah kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
(Diadaptasi dari Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh karya Tyas KW)
Jika proyek Pak RT telah dilaksanakan, apakah para tetangga akan setuju untuk menanam pohon belimbing wuluh?
A. Tidak, warga akan tetap saja malas menanam dan merawat pohon belimbing wuluh.
B. Ya, karena Kampung Genteng Candirejo telah berhasil mencontohkan cara pengelolaan air limbah.
C. Tidak, karena warga tidak ingin menggunakan air terlalu banyak saat musim kemarau.
D. Ya, karena kekhawatiran kurangnya air di musim kemarau akan terpecahkan dengan dipasangnya Pandora.
7. Hijau Kampungku di Tengah Kota: Aku dan Belimbing Wuluh
“Aku tadi menawarkan bibit pohon belimbing kepada beberapa tetangga. Kalau mereka ikut menanam pohon, jalan kampung ini akan menjadi lebih teduh. Tidak seperti sekarang, ada bagian yang teduh, ada bagian yang panas,” keluhku. “Ada yang beralasan, air sedang susah didapat. Ada yang berkata, ‘Nanti, ya, tunggu musim hujan datang lagi.’ Aku kecewa, Yah.”
“Hmm… Mereka tidak ingin menggunakan air terlalu banyak. Saat ini, memang sebaiknya kita hemat air,” kata Ayah. Tentu saja, aku semakin merengut. Kalau air tetap sukar didapat, tidak ada orang yang mau menanam pohon belimbing wuluh itu.
“Tapi, jangan khawatir. Masalah air untuk menyiram tanaman sebentar lagi akan terbantu oleh proyek Pak RT,” kata Ayah. “Kampung kita akan punya Pandora L.”
“Pandora L? Apa itu, Yah?”