Contoh Soal AKM Literasi Teks Fiksi Kelas 10

Contoh Soal AKM Literasi Teks Fiksi Kelas 10

Bertemu kembali bersama Website Edukasi, kali ini kita akan belajar bersama tentang soal akm literasi teks fiksi. Sebelum memulai pembelajaran, marilah kita sama sama mengenal dulu apa itu Literasi Teks fiksi.

Literasi adalah istilah yang merujuk kepada kemampuan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Sedangkan Teks fiksi adalah bentuk dari cerita dengan latar belakang yang berasal dari rekaan atau imajinasi saja.
Dalam materi Literasi Teks Fiksi berikut ini adik adik kelas 10 akan belajar untuk menemukan informasi, memahami dan mengevaluasi dan merefleksi teks fiksi.
Yuk langsung saja kita mulai materi dan Contoh Soal AKM Literasi Teks Fiksi Kelas 10.

 A. Menemukan Informasi

1. Mengakses dan mencari informasi dalam teks
Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
2. Mencari dan memilih informasi yang relevan
Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
 

B. Memahami

1. Memahami teks secara literal
Menganalisis perubahan pada elemen intrinsik (kejadian/karakter/setting/konflik/alur cerita) pada teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
2. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak
Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita, kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
Menyusun generalisasi (kesimpulan umum) dari hasil inferensi terhadap ide-ide yang terkandung di dalam teks sastra atau teks informasi.
Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
 

C. Mengevaluasi dan merefleksi

1. Menilai format penyajian dalam teks
Mengevaluasi penggunaan diksi dan majas (metafora, analogi, personifikasi) dalam teks sastra sesuai jenjangnya,
Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
Menilai dan mengkritisi elemen intrinsik (karakterisasi, alur cerita, latar) serta otentisitas penggambaran masyarakat pada teks sastra sesuai jenjangnya.
2. Merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi
Merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya.
1. WEKWEK
karya Iwan Simatupang
ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.
ADEGAN II
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!
Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!
Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!
Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee … dia mencuri. Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.
Apa yang dituduhkan Bagong kepada Petruk hingga Bagong akan melaporkannya ke Semar?
Kamu dapat memilih jawaban lebih dari satu.
A. Petruk telah mencuri hasil panen padi Bagong
B. Petruk menghilangkan dua ekor bebek Bagong
C. Bagong menuduh Petruk mencuri dan tak tahu diri
D. Petruk tidak terampil dalam mengolah tanah Bagong
E. Petruk menyia-nyiakan pekerjaan yang telah ia dapatkan
2. WEKWEK
karya Iwan Simatupang
ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.
ADEGAN II
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!
Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!
Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!
Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee … dia mencuri. Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.
Mengapa Semar ingin berhenti dari pekerjaannya?
A. Matanya sudah mulai kabur
B. Ia sudah menemukan pekerjaan pengganti
C. Ia merasa lelah dengan pekerjaannya
D. Ia tidak mendapatkan rezeki yang melimpah
E. Terlalu banyak permasalahan yang harus dihadapi
3. Legenda Danau Lipan
Legenda Danau Lipan
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya, namun selalu ditolak.
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah meminang Ratu Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil punggawa kepercayaannya.
“Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu,” perintah sang Ratu.
Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal. Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik Sang Pangeran.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.
“Kau jangan mengada-ada, Paman,” tegur Ratu setelah mendengar laporan Si Punggawa.
“Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas,” jawab si Punggawa. “Pangeran itu berniat buruk.”
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan-lipan itu menyerang para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.
Mengapa Ratu mengutus punggawanya untuk menyelidiki Sang Pangeran?
A. Ratu ingin tahu seberapa kaya Sang Pangeran
B. Ratu ingin mengirim pesan kepada Sang Pangeran
C. Ratu ingin mengetahui kebiasaan Sang Pengeran
D. Ratu ingin tahu niat Pangeran meminangnya
E. Ratu ingin tahu jumlah pasukan Pangeran.
4. Bacalah puisi berikut ini !
Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan
Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku
Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti
Tatkala malam datang membawa kegelapan,
Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih
Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta
Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu
Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi
Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya
Perlahan sinarmu redup
Dan pergi meninggalkanku dalam gelap
Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu
Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu
Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu
Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka
Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu
Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku
Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri
Lilin kecilku,
Kurindu akan sinar kedamaianmu
Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011
Mengapa penulis menganggap bahwa lilin kecil itu sangat berarti?
A. Sinar lilin itu tidak banyak
B. Lilin itu membawa harapan
C. Kehadiran lilin itu dapat meruntuhkan cemara
D. Langkah lilin itu laksana embusan angin
E. Lilin itu dapat menerangi dalam kegelapan
5. Hujan Beras
Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka. Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan mengeluarkan uang tambahan.
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng  memberi usul. Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak banyu atau komidi putar.
“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak Onah memutuskan.
“Tapi, Mak ….” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong. Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”
“Iya, Mak, Neneng ngerti.”
Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan. Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Mengapa mereka harus membawa bekal?
A. Kantor kecamatan jauh dari rumah mereka.
B. Mereka tidak perlu keluar uang untuk jajan.
C. Mereka akan pergi menggunakan truk.
D. Mereka harus antre lama di kantor pos.
E. Mereka akan pergi selama lima jam.
6. Ramin Tak Kunjung Pulang
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar, diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan, yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban hari diminta istrinya.
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.
Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas. Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya, mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara akar pohon.
(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)
Mengapa Ramin dikejar-kejar oleh petugas?
A. Ramin adalah teman Aco
B. Ramin tak membayar denda
C. Ramin menjadi tenaga kerja ilegal
D. Ramin mencuri di perkebunan cengkeh
E. Teman-teman Ramin membuat kesalahan besar
7. Ramin Tak Kunjung Pulang
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar, diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan, yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban hari diminta istrinya.
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.
Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas. Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya, mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara akar pohon.
(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)
Dalam konteks cerita tersebut, apa yang dimaksud dengan kalimat Ramin membeku?
Jawaban : Ramin tidak bergerak sama sekali
8. WEKWEK
karya Iwan Simatupang
ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.
ADEGAN II
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!
Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!
Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!
Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee … dia mencuri. Orang seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.
Pada teks drama Wekwek tersebut, bagaimana para pemain dapat membedakan antara bagian perintah-perintah dengan bagian dialog?
Jawaban : bagian perintah ditulis dengan huruf kapital semua, sedangkan bagian dialog dimulai setelah tanda titik dua dan tidak semua ditulis dengan huruf kapital
9. Legenda Danau Lipan

Legenda Danau Lipan
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya, namun selalu ditolak.
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah meminang Ratu Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil punggawa kepercayaannya.
“Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu,” perintah sang Ratu.
Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal. Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik Sang Pangeran.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.
“Kau jangan mengada-ada, Paman,” tegur Ratu setelah mendengar laporan Si Punggawa.
“Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas,” jawab si Punggawa. “Pangeran itu berniat buruk.”
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan-lipan itu menyerang para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.
Menurut pendapatmu, apakah ilustrasi cerita ini sesuai dengan isi ceritanya? Jelaskan alasanmu!
Jawaban : Sesuai, karena di dalam cerita disebutkan ada lipan yang menyerang rombongan, lalu rombongan naik ke atas perahu. Hal itu tergambar di dalam ilustrasi
10. Ramin Tak Kunjung Pulang
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar, diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan, yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban hari diminta istrinya.
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.
Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas. Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya, mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara akar pohon.
(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)
Dari konteks cerita tersebut, kejadian apa yang paling minimal harus ditambahkan penulis untuk melengkapi cerita tersebut?
A. Pengenalan situasi cerita
B. Penyelesaian konflik
C. Peningkatan masalah
D. Munculnya konflik
E. Puncak konflik
11. Bacalah puisi berikut ini !
Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan
Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku
Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti
Tatkala malam datang membawa kegelapan,
Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih
Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta
Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu
Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi
Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya
Perlahan sinarmu redup
Dan pergi meninggalkanku dalam gelap
Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu
Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu
Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu
Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka
Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu
Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku
Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri
Lilin kecilku,
Kurindu akan sinar kedamaianmu
Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011
Setelah membaca puisi ini, Emir merasa bahwa puisi ini cocok dengan suasana hatinya karena baru saja ia kehilangan kucing kesayangannya.
Setujukah kamu dengan pendapat Emir tersebut? Jelaskan jawabanmu.
Jawaban : Setuju. Karena puisi tersebut bercerita tentang kehilangan. Situasi tersebut sesuai dengan kondisi Emir.
12. Legenda Danau Lipan
Contoh Soal AKM Literasi Teks Fiksi Kelas 10
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya, namun selalu ditolak.
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah meminang Ratu Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil punggawa kepercayaannya.
“Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu,” perintah sang Ratu.
Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal. Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik Sang Pangeran.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.
“Kau jangan mengada-ada, Paman,” tegur Ratu setelah mendengar laporan Si Punggawa.
“Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas,” jawab si Punggawa. “Pangeran itu berniat buruk.”
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan-lipan itu menyerang para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.
Bagaimana pendapatmu tentang Ratu Aji Bidara Putri yang menyuruh punggawanya mengintip pangeran yang berada di kapalnya?
Jawaban : Jawaban ada dua variasi:
  1. Perintah sang ratu tidaklah sopan karena memasuki tempat orang lain tanpa izin. 
  2. Perintah sang ratu sangat tepat karena itu bentuk kehati-hatian untuk menyelamatkan kerajaan
Nah setelah mempelajari materi dan Contoh Soal AKM Literasi Teks Fiksi Kelas 10 diatas, pasti adik adik sudah lebih siap untuk menghadapi AKM nantinya, jangan lupa kalau adik adik dapat unduh contoh soal diatas untuk latihan dirumah melalui tautan berikut ini:
Sampai disini dulu pertemuan kita. Semoga dapat bermanfaat untuk anda.

Tinggalkan komentar